Kisahsi Kancil Yang Cerdik Menipu Kera sangat bagus untuk di baca dan bagus untuk Dongeng Anak karena Cerita Kancil ini membantu anak tidur. Semua Dongeng ☰ Navigation. Kancil Yang Cerdik Menipu Kera | Dongeng Anak Cerita Kancil Unknown 2016-03-20T22:34:00+07:00 5.0 stars based on 35 reviews Cerita Kancil - Di
CERITA KANCIL“HAKIM YANG CERDIK” Suatu hari, di tepi hutan yang subur ada satu keluarga sapi yaitu sapi jantan, sapi betina dan anak sapi yang mulai beranjak remaja. Pemandangan di tepi hutan yang indah dan rumput yang hijau subur membuat mereka gembira. Anak sapi berkeliaran kesana kemari. “Bu, saya mau jalan-jalan ke tepi sungai”. “Boleh, tetapi jangan terlalu jauh ya nak”. Kata Ibu sapi. “Iya Bu…!”. Jawab anak sapi. Sapi muda itu berjalan ketepi sungai, ia melihat berbagai hewan kecil di tepi sungai. Hatinya merasa senang melihat katak berloncatan kian kemari. Tak terasa anak sapi sudah sangat jauh meninggalkan tempat kedua orang tuanya. “Tolooooooong…!”. Tiba-tiba ia mendengar suara merintih kesakitan. Aih, didepan ada seekor buaya sedang tertindih pohon yang patah. “Tolong, tolonglah aku…..” rintih buaya dengan suara memelas. “Kau ini kenapa Pak Buaya? Tanya anak sapi mendekat. “aduh sapi yang baik, sudah dua hari aku tertindih kayu besar ini”. “Siapa yang menindihmu pak buaya?” tanya sapi sambal mendekat tergesa-gesa. “Gara-gara gempa bumi dua hari yang lalu. Sekarang tolonglah aku Sapi yang baik” jawab Buaya. “Aku rasa, aku tak bisa menolongmu pak Buaya” jawab sapi. “Loh, kenapa? Kau pasti kuat mendorong kayu yang menindihku ini” kata Pak buaya. “Kuat sih kuat, tapiii…” jawab sapi lagi. “Kenapa?”. Tanya pak buaya sambal memasang wajah kesakitan. Sapi teringat kata-kata ibunya bahwa bangsa buaya tidak bisa dipercaya, mereka licik sekali. Suka makan daging hewan lainnya. “Tidak, aku tidak akan menolongmu. Kalua ku tolong nanti kamu akan memangsaku!” kata Sapi. Lalu Buaya menjawab “Jangan khawatir, aku tak akan melukaimu”. “Tidak, aku tidak bisa mempercayaimu” kata sapi. “Oh, sapi yang baik, apakah kau tidak kasihan kepadaku, sudah dua hari aku tersiksa begini, tak bisa makan, tak bisa minum, dada terasa sesak”. “Tapi kau binatang jahat” Potong sapi. Lalu si buaya berkata lagi sambal meyakinkan si sapi “Oh Sapi yang baik, itu kan dulu. Setelah terrindih kayu begini aku menjadi sadar bahwa aku memerlukan hewan lain. Maka sekarang aku bertobat, tidak akan memakanan hewan lain kecuali hewan itu telah mati sendiri. Aku tobat, tolonglah aku, uhuk…uhuk..uhuk” dengan suara yang lemah si Buaya meyakinkan si sapi remaja. Buaya terus menerus merayu dengan berbagai macam cara sembari mengeluarkan air mata. Akhirnya Sapi muda terpengaruh dengan ucapan dan cara si Buaya. Lama-lama si sapi kasihan juga dengan keadan si Buaya yang tertindih batang pohon. “Baiklah, aku akan menolongmu, tapi janji loh ya jangan mencelakakanku” ucap sapi kepada buaya. “Baiklah sapi aku berjanji tidak akan mencelakaimu, percayalah padauk” kata buaya mulai senang karena akan ditolong oleh sapi. Akhirnya si sapi mulai menolong buaya, ia berusaha mendorong kayu itu sekuat tenaga, dan akhirnya terlepaslah buaya dari tertimpa batang kayu itu. Tapi…. Astaga !. begitu terlepas dari tindihan kayu, buaya itu langsung meloncat ke punggung si sapi dan menerkam punuk sapi. “Nah… iya kan, ternyata kau binatang yang jahat” kata sapi yang sudah terkuras tenaganya.”Aduuuuh…!” pekik sapi kesakitan. “Kenapa kau menggigit punukku pak Buaya?”. “Loh.. aku kan sudah minta tolong kepadamu bahwa aku tertindih kayu selama dua hari, tidak makan, dan tidak minum. Sekarang aku merasa lapar, jadi kau harus menolongku terbebas dari rasa lapar dan haus ini” kata sapi sambal menggigit punuk si sapi. “Dengan memakan dagingku?” sahut si sapi. “Betul.., sekaligus meminum darahmu” jawab Buaya. “Dasar Buaya licik, takt ahu balas budi” kata marah dan sedih. “Sudahlah sapi mudah yang bodoh, terimalah nasibmu” jaawab Buaya dengan liur yang menetes di sebelah bibirnya yang lebar. “Tidak…. Ini tidak adil” teriak sapi. “Loh ini sudah hukum rimba, siapa yang kuat dia yang menang!” kata buaya yang sudah merasa menang. “TIdak.. aku tidak bisa terima ini” kata sapi lagi, “Kau bisa tanyakan kepada hewan yang lain, pasti mereka akan membenarkanku” sahut buaya. “Ya, aku akan meminta keadilan pada hewan yang lain” jawab sapi penuh harap. Kebetulan pada saat yang bersamaan ada tikar lapuk yang hanyut disungai. Sapi menceritakan semua kejadian ini kepada tikar lapuk, dan apa jawabnya. “Itu benar, terimalah nasibmu. Ketika keadaanku masih baru aku dipakai, jika kotor dibersihkan. Tapi setelah lapuk begini, aku dibuang begitu saja ke sungai”. Jawab tikar lapuk. “Naaaaaaah, benar kan kataku”kata buaya semakin senang. “Tidak, nah itu ada keranjang hanyut, aku akan bertanya kepadanya”kata Sapi. Tetapi Ketika keranjang itu ditanya, jawabnya persis seperti tikar lapuk tadi. “Ketika masih baru dan butuh, aku dipakai, namun kini aku sudah rusak aku dibuang ke sungai begitu saja” “Naaaaaaah…. Benar kan apa kataku” timpal buaya sambal tersenyum menang. Lalu tiba-tiiba ada bebek betina tua berenang, Sapi dan buaya meminta pendapat pada bebek tersebut. “Kukira Buaya benar, sebab manusia juga kejam, Ketika masih muda dan bisa bertelur aku dipelihara. Sekarang aku sudah tua dan tidak bisa bertelur lagi akum au disembelih. Untungnya aku bisa kabur, jadi tirulah perbuatan manusia, mereka mau enaknya sendiri” jawab bebek tua sambal menitikkan air matanya. “Hohohoho… mau mengadu kepada siapa lagi kau sapi, semua mengatakan aku benar kan?” kata Buaya dengan gembira riang. Tetapi tiba-tiba Si Kancil yang cerdik sedang melintas diantara perdebatan Buaya dan Sapi yang meminta keadilan. Lalu si sapi meminta pendapat sikancil tentang kejadian yang ditimpanya. Si Buaya berkata dalam hatinya “Pasti si Kancil akan membenarkan juga”. “Kalau aku diminta menjadi hakim, aku harus tau awal kejadiannya, apa kalian berkeberatan jika mengulang kejadian ini dari awal?” kata kancil. ”Tidak, aku tidak keberatan, mari silahkan lakukan dari awal sampai akhir!” kata Buaya sangat yakin bahwa kancil akan membenarkan pendiriannya. Maka dilakukanlah pengulangan kejadian itu. Buaya Kembali ke tempatnya semula. Sapi mengembalikan kayu besar ke punggung buaya. “Benarkah kejadiannya seperti ini?” kata kancil. “Benar!” jawab sapi dan buaya bersamaan. “Lalu pak Buaya memanggilku agar akum au menolongnya, dan dia berjanji tidak akan mencelakaiku” ucap Sapi dengan cepat. Kancil mendekati Sapi dan berbisik lirih “Ayo kita tinggalkan buaya jahat ini”. Sapi batu sadar bahwa inilah kesempatan baginya lolos dari bahaya maut. Tanpa basa-basi lagi sapi mengikuti lari arah kancil yang sudah meloncat terlebih dahulu. “Hei tunggu…! Jangan pergi dulu..!” teriak buaya. Tapi sapi dan kancil tak menghiraukannya. Lalu si kancil berteriak sambal berlari “Makanya, jangan terlalu rakus dan takt ahu balas budi, akibatnya bisa celaka sendiri”. Sibuaya merasa kesal karena dia ditipu oleh kancil, akhirnya sibuaya tetap tertimpa kayu besar itu sampai akhirnya mati setelah beberapa hari karena tidak bisa makan dan minum. “Setelah terasa sudah jauh akhirnya si sapi mengucapkan terimakasih dan salam perpisahan kepada kancil, yang sudah sangat cerdik mau menolongnya. “Terima kasih Cil… bila tidak ada kamu aku pasti akan jadi santapan buaya jahat itu”. “Ya, sama-sama. Lain kali janganlah begitu percaya pada janji-jaji yang di ucapkan oleh hewan jahat” kata kancil menasehati anak sapi. “Okelah Cil… saya mau pulang dulu, bapak dan ibuku pasti sudah menunggu, karena aku terlalu lama meninggalkan mereka. Mereka pasti khawatir”. Kata sisapi Bahagia. “Baiklah, sampai jumpa lagi sapi” kata kancil. Dan mereka berpisah, sisapi menyusuri pematang yang indah, sedang kancil menyusuri jalan setapak untuk terus melanjutkan perjalanan. Sambal bernyanyi kancil berkata dalam hatinya “Hidup tanpa ada kekerasan begitu indah. Tebarkan kebahagiaan agar taka da lagi kejahatan di dunia ini”. Malampun tiba, waktunya kita istirahat untuk memulai hari esok yang indah. “Selamat tidur” ucap Kadesnicis kepada anaknya, sembari menutup buku cerita sikancil.Apakah kamu sedang mencari kisah yang tidak hanya seru untuk dibaca, tetapi juga memberikan teladan yang baik? Jika iya, mungkin kamu bisa mempertimbangkan untuk membaca hikayat Abu Nawas tentang Pesan untuk Hakim di bawah ini. Langsung saja disimak, ya!Kamu mungkin sudah tidak asing lagi saat mendengar nama Abu Nawas, kan? Pria yang dikenal cerdik meskipun kadang nyeleneh ini memang memiliki banyak sekali cerita seru. Salah satunya adalah hikayat Abu Nawas Pesan untuk Para Hakim yang akan kamu baca yang mengisahkan tentang pentingnya menjaga profesionalitas dalam bekerja ini bagus sekali untuk dibaca. Tentunya, akan lebih baik jika kamu pun menjalankannya pesan tersebut dalam kehidupan hanya ringkasan ceritanya, kamu juga bisa menyimak tentang unsur intrinsik serta fakta menarik dari Hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim di bawah ini! Daripada semakin penasaran, langsung saja disimak, yuk! Pada zaman dahulu, hiduplah seorang pria bernama Abu Nawas. Ia tinggal di kota Baghdad bersama ayahnya. Sang ayah merupakan seorang penghulu istana atau kadi bernama Maulana. Untuk yang belum tahu, pekerjaan seorang kadi adalah seperti hakim yang bertugas untuk menyelesaikan masalah. Hingga kemudian, ayah dari Abu Nawas yang sudah tua tersebut menderita sakit yang cukup parah dan meninggal dunia. Sebagai anak yang berbakti, Abu kemudian mengurus ayahnya hingga ke pemakaman. Melihat kepiawaiannya dalam mengurus sang ayah, diam-diam Sultan Harun Al Rasyid ingin mengangkatnya menjadi kadi untuk menggantikan ayahnya. Namun, setelah acara pemakaman ayahnya selesai, ia tiba-tiba berubah menjadi gila. Ia mengambil batang pelepah pisang lalu dijadikan sebagai kuda-kudaan. Tingkah anehnya tidak berhenti sampai di situ saja. Keesokan harinya, ia mengajak anak-anak yang cukup banyak untuk memukul rebana dan menari-nari di atas makam ayahnya. Kelakuan aneh Abu Nawas itu membuat banyak orang merasa keheranan. Ia dianggap menjadi gila karena ditinggalkan oleh ayahnya untuk selama-lamanya. Dipanggil Menghadap Raja Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali beberapa pengawal Sultan sudah tiba di rumah Abu Nawas. Mereka menjalankan perintah raja untuk menjemputnya ke istana. “Hai Abu Nawas, engkau diperintah oleh sultan untuk menghadap ke istana,” kata si ketua pengawal. “Buat apa lagi sultan memanggilku? Aku, kan, tidak ada keperluan dengannya,” jawabnya enteng. Kata-kata tersebut tentu saja membuat para pengawal yang mendengarnya kaget. Jawaban seperti itu dianggap tidak menghormati sang raja. Setelah ditegur, bukannya menyadari perkataannya, Abu Nawas malah semakin bertingkah aneh. Ia menyuruh para pengawal untuk memandikan “kudanya” di sungai. Para pengawal pun geleng-geleng melihat kelakuannya. Mengabaikan hal tersebut, mereka berusaha membujuk Abu Nawas untuk ke istana. Lagi-lagi, laki-laki itu bersikeras untuk menolaknya. Ia kemudian mengatakan, “Katakan pada rajamu, aku sudah tahu dan aku tidak mau.” Benar-benar tak masuk akal. Baca juga Kisah tentang Si Itik yang Buruk Rupa dan Ulasan Menariknya, Pelajaran untuk Mencintai Diri Sendiri Dipaksa untuk ke Istana Para pengawal kemudian melapor kalau tidak bisa membawa Abu Nawas ke istana. Hal itu tentu saja membuat sultan sangat jengkel. “Kalian semua memang bodoh. Membawa Abu Nawas ke sini saja tidak becus. Aku tidak mau tahu, bawa ia ke sini sekarang juga, entah itu dengan sukarela atau paksa,” putusnya. Pengawal itu kemudian kembali lagi ke rumah Abu dan menyeretnya ke hadapan sultan. Di sini, lelaki itu masih saja bertingkah sangat aneh. Ia pun mendapat teguran dari sultan untuk menjaga sikapnya. Namun, Abu malah semakin berani dan berkata, “Baginda… terasi itu asalnya dari udang!” Baginda raja pun tersulut kemarahannya. Katanya, “Kamu memang kurang ajar sekali karena berani menghinaku.” “Bukan begitu, Baginda! Kan memang benar, siapa bilang udang berasal dari terasi?” jawabnya dengan tanpa dosa. Sultan Harun yang seudah terlampau jengkel dengan kelakuan Abu kemudian menjatuhkan hukuman untuknya. “Pengawal! Hajarlah Abu Nawas dan pukullah sebanyak dua puluh lima kali.” Laki-laki yang kurus kering itu kemudian dipukul sebanyak dua puluh lima kali oleh pengawal-pengawal istana. Setelah itu, ia disuruh pergi. Dipalak oleh Penjaga Pintu Gerbang Kota Sesampainya di gerbang, seorang penjaga sudah mencegat Abu Nawas. Rupanya, ia ingin menagih janji. Beberapa hari lalu, Abu dan penjaga tersebut mengadakan perjanjian. Sang penjaga tahu kalau lelaki itu sering dipanggil raja dan diberi hadiah. Maka dari itu, ia meminta separuhnya. “Abu, kamu tentu tidak lupa dengan perjanjian kita, kan? Mana berikan bagianku sekarang!” katanya. “Benarkah kamu menginginkan hadiah itu? Kalau iya, tak hanya aku berikan separuh. Seluruhnya pun akan kuberikan.” “Ternyata kamu baik sekali, ya. Tapi memang seharusnya begitu, kamu kan sudah sering mendapatkan hadiah dari raja.” Tanpa membuang-buang waktu lagi, penjaga tersebut dipukul dengan menggunakan kayu yang cukup besar. Ia tentu saja berteriak-teriak kesakitan dan benar-benar menganggap kalau Abu Nawas sudah gila. Baca juga Legenda Watu Maladong dari Nusa Tenggara Timur, Batu Sakti yang Menyuburkan Sumba, Beserta Ulasan Menariknya Kembali Menghadap Raja Keesokan harinya, penjaga gerbang kota mengadukan perbuatan Abu Nawas ke raja. Seperti orang yang teraniaya, ia mengatakan pada Sultan Harun kalau ia dipukuli padahal tidak melakukan kesalahan. Beberapa saat kemudian, pengawal membawa Abu ke hadapan sultan. “Benarkah engkau memukuli penjaga gerbang ini sebanyak dua puluh lima kali?” tanyanya. “Benar, Baginda. Namun, hamba melakukannya karena sudah sepatutnya ia menerima itu,” jawab Abu tenang. Ia kemudian menceritakan pada sultan mengenai perjanjian yang disepakatinya dengan penjaga tersebut. Dirinya juga mengatakan kalau kali ini sedang berbaik hati sehingga memberikan semua hadiahnya. “Benarkah apa yang dikatakan oleh Abu Nawas ini?” tanya sultan yang kemudian dibenarkan oleh si penjaga gerbang. Setelah itu, ia juga mengakui dirinya tak menyangka jika Abu Nawas ternyata mendapatkan hadiah pukulan. “Kalau begitu, Abu Nawas tidak salah. Namun dengan kejadian ini, aku jadi tahu bagaimana sifatmu sebenarnya. Setelah ini, terimalah hukumanmu.” Setelah penjaga itu pergi dibawa oleh pengawal, Abu Nawas kemudian berkata, “Baginda, hamba yang sudah lelah ini tiba-tiba tadi diseret kemari padahal tidak salah. Kalau begitu, hamba minta ganti rugi karena jatah istirahat hamba sudah hilang.” Bukannya marah, Sultah Harun al Rasyid malah tergelak. “Ha…ha…ha… engkau tak perlu mencemaskan hal itu, Abu Nawas,” katanya sembari memberikan sekantong uang perak kepadanya. Ia pun pulang dengan penuh sukacita. Meskipun begitu, ia tetap saja bertingkah konyol dan semakin aneh. Mempertimbangkan Abu Nawas Menjadi Kadi Beberapa waktu kemudian, Sultan Harun Al Rasyid mengadakan pertemuan dengan para menterinya. Ia meminta pendapat mereka semua untuk mengangkat Abu Nawas menjadi Kadi, menggantikan ayahnya. Hal itu tentu saja ditentang oleh para menterinya. Terlebih lagi, laki-laki tersebut memang tingkahnya seperti orang gila dan aneh. Mereka pun menyarankan untuk memilih orang lain saja. Namun agaknya, sang sultan benar-benar menyukai Abu Nawas sehingga memberikan waktu hingga lelaki itu sembuh. Setelah lewat dari waktu yang ditetapkan, Abu Nawas tetap tidak menunjukkan tanda-tanda akan sembuh. Maka dari itu, dengan terpaksa sultan pun mengangkat orang lain. Orang tersebut bernama Polan. Ia memang sudah dikenal berambisi menjadi seorang kadi sejak dulu. Sementara itu di tempat lain, Abu Nawas yang mendengar kabar tersebut merasa bersyukur sekaligus menyayangkan. Bukan berarti ia menyesal telah menolak, hanya saja orang tersebut dikenal memiliki perangai yang kurang baik. Akan tetapi, itu lebih baik daripada ia yang harus memangku jabatan tersebut. Karena selama ini, ia memang berpura-pura gila supaya tidak ditunjuk. Baca juga Legenda Asal Usul Burung Cendrawasih dan Ulasannya, Kisah Si Burung Surga yang Mengandung Amanat Bermakna Alasan Abu Nawas Pura-Pura Gila Sebelum meninggal dunia, sang ayah menyuruh Abu Nawas untuk mencium telinga kanan dan kirinya. Saat melakukan hal tersebut, ia sungguh terkejut sekali. Katanya, “Ayah, ini sungguh mengherankan. Telinga Ayah yang sebelah kanan berbau harum. Namun, yang sebelah kiri sungguh busuk bukan main.” Mendengar jawaban tersebut, sang ayah kemudian menceritakan penyebabnya. Dulu sewaktu masih menjadi kadi, ia didatangi oleh dua orang yang sedang menghadapi masalah. Ada satu orang yang ia dengarkan dengan seksama. Sementara itu, yang satunya tidak digubrisnya karena ia tidak menyukai orang tersebut. Padahal sebagai seorang kadi, ia seharusnya memperlakukan kedua orang tersebut dengan sama. Sang ayah kemudian berkata kalau Abu Nawas menyukai dan nantinya mau menjadi kadi, ia bisa saja memiliki nasib yang sama. Namun kalau tidak suka, sebisa mungkin ia memberikan alasan yang tidak masuk akal supaya tidak terpilih. Maka dari itu, ia memilih berpura-pura menjadi gila supaya tidak ditunjuk menjadi kadi. Meskipun begitu, ia tetap sering dipanggil ke istana untuk dimintai pendapat oleh sang sultan. Baca juga Kisah Suri Ikun dan Dua Burung Beserta Ulasan Menariknya, Dongeng Adik Bungsu yang Dibenci oleh Kakak-Kakaknya Unsur-Unsur Intrinsik Hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim sumber Wikimedia Commons Cerita di atas memang cukup panjang. Meskipun begitu, tetap seru dan menarik untuk dibaca, kan? Nah selanjutnya, di sini kamu juga akan menyimak penjelasan singkat mengenai unsur-unsur intrinsik dari hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim ini. 1. Tema Inti cerita atau tema dari hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim tersebut adalah tentang menjalankan pekerjaan dengan bertanggung jawab. Karena kalau tidak, nanti bisa jadi memiliki nasib seperti ayah Abu yang mendapatkan azab dari Tuhan. 2. Tokoh dan Perwatakan Ada beberapa tokoh dari Hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim yang akan dianalisis. Yang pertama tentu saja adalah Abu Nawas. Ia sebenarnya adalah laki-laki yang bertanggung jawab dan cerdik. Saking cerdiknya, ia menggunakan keahliannya itu untuk menghindari diberi tanggung jawab sebagai kadi. Hal itu dikarenakan ia tidak mau berakhir seperti ayahnya. Selanjutnya, ada Sultan Harun Al Rasyid. Ia sebenarnya raja yang baik dan bertanggung jawab. Hanya saja mudah marah, apalagi jika ada orang yang tidak sopan di hadapannya. Tokoh yang ketiga, yakni penjaga pintu gerbang. Lelaki tersebut tamak, iri, dan ingin merebut rezeki orang lain. Yang terakhir ada Ayah Abu Nawas. Ia kurang bisa profesional dalam bekerja. Hanya karena memiliki masalah pribadi, ia tidak mau mendengarkan masalah kliennya. 3. Latar Hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim Seperti yang tertulis di awal cerita, secara umum kisah tersebut memiliki latar tempat di Baghdad. Untuk lebih spesifiknya juga sudah dituliskan, kok. Beberapa di antaranya adalah istana, rumah Abu, dan tempat pemakaman ayah Abu . 4. Alur Untuk alur hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim ini menggunakan alur campuran. Kisahnya dimulai dari ayah Abu yang meninggal dunia. Setelah itu, ia kemudian bertindak aneh. Orang-orang pun menyangka dirinya gila karena kepergian ayahnya. Kelakuan aneh Abu semakin lama semakin meresahkan. Terlebih lagi, ia berlaku tidak sopan kepada raja sehingga dihukum dengan dua puluh lima pukulan. Ajaibnya, ia menjadi sembuh setelah ada orang lain yang ditunjuk untuk menjadi kadi atau hakim menggantikan sang ayah. Ternyata selama ini, ia hanya berpura-pura gila karena tidak mau menjalani pekerjaan tersebut. Di akhir hidupnya, ia tidak ingin mendapatkan azab seperti apa yang terjadi pada ayahnya. 5. Pesan Moral Dari hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim ini, kamu bisa mengambil beberapa pelajaran. Salah satunya adalah untuk bertanggung jawab dalam melakukan pekerjaan. Jika memiliki masalah pribadi, jangan campur adukkan hal tersebut dengan pekerjaanmu. Hal itu hanya akan membuatmu menjadi tidak profesional dalam bekerja. Selanjutnya, jangan pernah iri dengan keberuntungan orang lain seperti penjaga gerbang. Kamu hanya melihat dari luarnya saja, belum tentu sebenarnya ia juga seberuntung itu. Dan yang terakhir, hormatilah dan rawat orang tuamu sebagaimana kamu dirawat sewaktu kecil. Merawat orang tua juga akan menjadi ladang pahala untukmu. Selain unsur-unsur intrinsik tersebut, jangan lupakan juga unsur ekstrinsik yang membangun hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim ini. Unsur ekstrinsik tersebut meliputi latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai yang telah dijalankan. Baca juga Cerita Rakyat Putri Siluman dari Lampung dan Ulasannya, Pelajaran tentang Kesetiaan dan Kesabaran Fakta Menarik tentang Hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim Setelah menyimak penjelasan unsur-unsur intrinsiknya, berikut ini masih ada fakta menarik tentang kisah tersebut yang sayang untuk dilewatkan. 1. Mengenai Kadi Kadi atau bisa juga disebut hakim merupakan sebutan untuk pelaksana hukum Allah SWT. Sebutan tersebut biasanya digunakan di wilayah-wilayah yang menggunakan hukum Islam. Jabatan ini termasuk sangat bergengsi. Kedudukannya tak kalah penting dari khalifah dan wazir istana. Keputusan kadi dalam menjalankan tugasnya bersumber pada Alquran dan Hadist. Selain itu, seorang kadi haruslah mengedepankan kebenaran ketika bekerja, tidak seperti ayah Abu Nawas. Baca juga Kisah Dongeng Anak Gembala dan Serigala Beserta Ulasan Menariknya, Pelajaran Agar Tak Sering Berbohong Sudah Puas Menyimak Hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim di Atas? Itulah tadi ringkasan cerita Abu Nawas beserta ulasannya yang bisa kamu simak di PosKata. Semoga saja, kamu tidak hanya merasa terhibur tetapi dapat memetik pelajaran dari kisah tersebut. Kalau misalnya masih ingin menyimak Dongeng 1001 malam lainnya, langsung saja cek artikel-artikel berikut. Beberapa di antaranya adalah Abu Nawas menipu gajah, Abu mencari cincin, dan Ali Baba. Di sini, tentunya juga ada berbagai legenda nusantara, dongeng Barat, dan kisah para nabi, lho. Maka dari itu, tunggu apa lagi? Baca terus artikel-artikel PosKata yang lainnya, ya! PenulisErrisha RestyErrisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah. Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7. EditorElsa DewintaElsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar.KumpulanCerpen Rakyat : Fabel Harimau Licik dan Kelinci Cerdik. "Tolooong! Tolooong! Tolonglah akuuuu!". Terdengar suara teriakan harimau dari dalam lubang yang dalam di sebuah hutan. Ya, harimau itu terperosok ke dalam lubang tersebut dan tidak bisa keluar. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain berteriak-teriak meminta tolong. Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 122335 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d8305cdfb850bc2 • Your IP • Performance & security by Cloudflare
Karenakalau tidak, nanti bisa jadi memiliki nasib seperti ayah Abu yang mendapatkan azab dari Tuhan. 2. Tokoh dan Perwatakan. Ada beberapa tokoh dari Hikayat Abu Nawas: Pesan untuk Hakim yang akan dianalisis. Yang pertama tentu saja adalah Abu Nawas. Ia sebenarnya adalah laki-laki yang bertanggung jawab dan cerdik.
Bab 2 DATA DAN ANALISA Gapura 2 DATA DAN ANALISA Dalam penyusunan Tugas Pengunci ini dibutuhkan beberapa data nan valid sebagai mata air penelitian untuk konsep pembuatan media CD interaktif dongeng fabel anak. Sumber Umum Survey Lebih terperinci Bab 4 METODE PERANCANGAN BAB 4 METODE PERANCANGAN STRATEGI Berlimpah Strategi Komunikasi Strategi komunikasi merupakan sebuah perencanaan komunikasi yang digunakan untuk mencapai tujuan berusul wara-wara muslihat pada mahajana Lebih terperinci I PENDAHULUAN A. Permukaan Belakang Perancangan 1. Penjelasan Judul Perancangan Pendidikan PAUD ketika ini sangatlah utama, sebab yaitu pendidikan dasar yang harus diterima anak-momongan. Selain itu untuk Lebih terperinci Bab 4 KONSEP. Limbung Teori BAB 4 KONSEP Landasan Teori Dok teori berfungsi sebagai arah & batasan kerumahtanggaan konsep berfikir sehingga proses perancangan media interaktif ini fertil pada arah dan ira lingkup yang jelas dan Lebih terperinci BAB II IDENTIFIKASI DAN Analisis BAB II IDENTIFIKASI DAN Analisis DEFINISI DAN TEORI Privat perancangan game ini, carik memilih genre game Casual Game. Casual Game merupakan permainan yang mudah dimengerti dan dimainkan oleh siapa Kian terperinci LITERATUR ILUSTRASI DESAIN KARAKTER LITERATUR ILUSTRASI DESAIN KARAKTER Diagram interpersonal circumlpex Character Ingredients Schell, Jesse, The Art of Game Design a book of lenses CHARACTER INGREDIENTS Dimana lingkungan budi berada? Kian terperinci BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN BAB 2 Halangan PERANCANGAN Tinjauan Umum Metode yang digunakan penulis merupakan dengan melakukan tinjauan wacana melangkaui pendalaman alat angkut kancing elektronik cerita Wiro Sableng,film Wiro Sableng, sinetron Wiro Lebih terperinci BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Gambar Animasi Moral Berpakaian Sumber Youtube Selama ini animasi 2D berbasis bitmap dengan konten kesopansantunan – kesopansantunan Islami nan beredar memiliki alur kisahan yang Lebih terperinci BAB 2 DATA DAN ANALISA Gapura 2 DATA DAN ANALISA Sumber Data Data dan maklumat kerjakan membantu titipan Tugas Akhir ini diperoleh dari bermacam-macam perigi, antara lain 1. Literatur Sendi Profil Seto Mulyadi KAK SETO Sahabat Anak-Anak Lebih terperinci BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Role PlayingGame RPG Curran 2009 menyapa Role PlayingGame RPG perumpamaan permainan dimana anak komidi bermain peran laksana kepribadian tertentu dan menentukan aksi karakter tersebut Lebih terperinci Source POSKUPANGWIKICOM - Cerita Rakyat NTT: Rusa yang Sombong dan Bekicot yang Cerdik Cerita Rakyat dari Kabupaten Lembata Ada seekor Rusa dan Bekicot atau siput darat dalam kesehariannya mereka dua bersahabat baik.. Tetapi dalam persahabatan itu, Rusa bersifat congkak karena dia memiliki postur tubuh yang tinggi besar dan mempunyai kemampuan lari yang sangat cepat.